Harga Mi Instan Bisa Melonjak 3 Kali Lipat Akibat Perang: Efek Seretnya Pasokan…

Jakarta -Pemerintah memprediksi harga mi instan bisa naik hingga tiga kali lipat.

Kenaikan harga tersebut dipicu dampak perang antara Rusia dan Ukraina.

Lalu, bagaimana perang kedua negara ini bisa menyebabkan harga mi instan bakal lebih mahal? Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, penyebab harga mi instan bakal naik akibat perang Rusia-Ukraina lantaran gandum sebagai bahan baku mi selama ini dipasok dari Rusia dan Ukraina.

Karena kedua negara ini tengah berseteru, cadangan gandum 180 juta ton mereka tak dapat diekspor ke negara lain, termasuk Indonesia.

Rusia dan Ukraina merupakan negara penghasil gandum yang terbesar di dunia.

Kedua negara yang tengah konflik ini menyuplai sekitar 30 persen hingga 40 persen kebutuhan gandum dunia.

Situasi perang yang terjadi saat ini menyebabkan gandum menjadi salah satu bahan yang langka dikarenakan pasokannya yang terhambat.

“Kita dihadapkan perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum enggak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat,” terang Syahrul Yasin Limpo dalam “Webinar Strategi Penerapan GAP Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Krisis Pangan Global” pada Senin, 8 Agustus 2022.

Terlebih, Indonesia selama ini selalu mengimpor gandum.

Trademap melaporkan, sepanjang 2021 Indonesia mengimpor gandum dan meslin dari Australia senilai 1,47 miliar dolar AS atau Rp 20,7 triliun.

Angka tersebut melonjak 515 persen dibandingkan nilai impor tahun 2020 yang hanya sebesar 239,84 juta dolar AS atau Rp 3,5 triliun.

Bahkan, sepanjang Januari hingga Mei 2022, menurut BPS, impor gandum dan meslin Indonesia mencapai 4,36 juta ton dengan nilai 1,65 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 24,4 triliun.

“Saya bicara ekstrem aja, ada gandum tapi harganya mahal banget.

Sementara kita impor terus,” kata dia.

Karena pasokan dari Ukraina dan Rusia terhambat, mau tak mau Indonesia, harus bersiap untuk mengimpor gandum dari negara lain.

Konsekuensinya, harga gandum lebih mahal.

Pada 2022 ini, kata Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Indonesia dan Australia memperkuat kerja sama dalam ketahanan pangan.

Dari jumlah total impor gandum, periode Januari hingga Mei, 1,57 ton dipasok dari Australia sebagai dampak perang Rusia-Ukraina.

“Penting bagi kita untuk memperkuat ketahanan pangan.

Kita membahas upaya keberlanjutan rantai pasok pangan termasuk gandum di tengah situasi dunia yang sangat sulit ini,” kata Jokowi usai menerima kunjungan resmi Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada 6 Juni 2022 lalu, dikutip dari Antara.

Akhir Juli lalu, Jokowi juga mengingatkan pada seluruh pihak untuk mewaspadai pasokan pangan, terutama komoditas gandum.

Tak hanya mi instan yang bakal terpengaruh, pasar produk dengan bahan baku gandum lainnya juga bakal kena imbas, seperti roti.

“Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi, bisa harganya naik.

Karena apa? Ada perang di Ukraina,” kata Jokowi.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *